Pesawat Sukhoi Superjet 100 hancur lebur setelah menghantam tebing
Gunung salak, Rabu 9 Mei 2012. Proses evakuasi tidak mudah. Sejak
dinyatakan hilang, tim SAR tidak langsung bisa menemukan lokasinya.
Berselang
sehari kemudian, tim baru bisa menemukan lokasi jatuhnya pesawat. Itu
pun tak bisa langsung ke lokasi. Medan yang sulit, terjal. Cuaca yang
buruk, tiba-tiba hujan dan kabut gelap kerap menjadi hambatan bagi tim
SAR.
Baru pada Sabtu 12 Mei 2012, tim bisa mengangkut 17 kantong
jenazah. Selanjutnya, Minggu 13 Mei mengevakuasi 5 kantong jenazah.
Rabu 16 Mei 1 kantong jenazah. Kamis 17 Mei membawa 9 kantong jenazah
namun dipadatkan hingga menjadi 5 kantong. Total, sebanyak 35 kantong
jenazah sudah didapati.
Kepala Badan SAR Nasional Marsekal Madya
Daryatmo mengakui, proses evakuasi jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100
di Gunung Salak, merupakan yang tersulit.
"Paling sulit dalam
proses evakuasi adalah peristiwa ini. Karena benturan keras, seisinya
keluar semua. Berserakan dan menyebar. Lokasi jatuhnya jurang terjal,"
ujar Daryatmo kepada VIVAnews, Jumat 18 Mei 2012.
Selain jasad korban yang menyebar, kondisi korban yang hancur, juga menjadi kesulitan baginya dalam proses evakuasi.
"Mengumpulkan body part sulit, karena menyebar. Kondisi korban sudah tidak utuh," imbuhnya.
Bahkan
dia membandingkan, proses evakuasi pesawat Sukhoi ini lebih sulit dari
proses evakuasi jatuhnya pesawat Cassa 212 milik PT Nusantara Buana Air
yang jatuh pada Kamis pagi 29 September 2011 di Bahorok, Sumatera Utara.
Dalam peristiwa itu, sebanyak 18 penumpang yang terdiri dari 14 penumpang dan empat kru pesawat tewas.
"Selama
saya ada di Basarnas, ini yang paling sulit. Kalau di Medan, korban
masih dikenali dan lokasi jatuh masih lebih mudah," akunya.
Walau
begitu, dia mengaku, evakuasi tidak akan berjalan sukses jika tidak ada
keterlibatan berbagai pihak. Dalam hal ini, TNI, Polri, Palang Merah
Indonesia, pecinta alam dan masyarakat.
Sebanyak 15 korban
jatuhnya pesawat komersil Sukhoi Supertjet 100 saat ini sudah
teridentifikasi oleh Tim Identifikasi Korban Bencana atau Disaster
Victim Identification (DVI).
Kelima korban yang sudah
diidentifikasi itu terdiri atau 13 warga negara Indonesia (WNI) dan 2
warga asing. Sementara jenis kelamin korban terdiri atas laki-laki 10
orang dan perempuan 5 orang.
Sebanyak 35 kantong jenazah di mana 5
diantaranya berisi properti para penumpang pesawat nahas tersebut sudah
diterima RS Polri. (umi)
0 komentar:
Posting Komentar